Sorotan Tentang Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran Matematika

Sorotan Tentang Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran Matematika - Pembelajaran kooperatif  (cooperatif learning) tengah menjadi tren dalam pembelajaran berbasis Kurikulum 2013. Hal ini tentu sesuatu yang menggembirakan, setidaknya bagi saya. Pembelajaran kooperatif memang sudah menjadi kebutuhan dan telah menjadi trend pembelajaran masa kini. Alasannya adalah model-model pembelajaran dengan pendekatan kooperatif  sesuai dengan prinsip konstruktivisme (sosial) nya Vygotsky.

Anak-anak mesti dibiasakan dengan aktivitas-aktivitas menyelesaikan masalah bersama. Harapannya, ya tentu saja, kelak ketika mereka menemukan permasalahan yang sama atau mirip, mereka bisa menyelesaikannya sendiri. Selain itu, pembelajaran kooperatif berguna bagi pembentukan sikap sosial anak-anak. Ini berlaku bagi sekolah formal/sekolah konvensional. Tentu saja ini tidak ditujukan pada sekolah rumah atau home schooling.

Sekarang mari kita liat kenyataannya. Banyak praktik pembelajaran yang menganggap, seolah-olah pembelajaran kooperatif/cooperatif learning adalah kerja kelompok. Menyelesaikan soal secara berkelompok, seperti yang dicontohkan guru. Lagi-lagi ini seperti praktik pembelajaran mekanistik yang dibungkus dalam pembelajaran kooperatif. Ini akan berbahaya jika terjadi dalam pembelajaran matematika dan dipraktikan secara terus menerus. Gambaran pembelajaran kooperatif seperti ini secara nyata merupakan kesalahan mengimplementasikan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran.

(Baca juga artikel lainnya berjudul:Kesalahan Implementasi Konstruktivisme di Kelas-Kelas Matematika)

Pembelajaran matematika membutuhkan interaksi antara guru dan siswa maupun antara siswa. Praktik pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran matematika seharusnya dimulai dari masalah-masalah. Masalah-masalah ini harus kontekstual, lekat dengan kehidupan anak-anak, bisa dibayangkan oleh anak anak. Nah masalah-masalah ini, boleh dijadikan bahan untuk diselesaikan bersama dalam kelompok.

Anak-anak perlu dilatih memberikan kontribusi-kontribusi berupa cara-cara penyelesaian masalah yang nantinya ditunjukan pada kelompok lain saat diskusi kelas. alternatif penyelesaian masalah yang ditunjukkan oleh masing-masing kelompok merupakan alat yang bermanfaat dan guru bisa menggunakannya untuk membimbing siswa menuju penyelesaian masalah secara formal.

Masalah-masalah yang diberikan guru bukan masalah aplikasi dari konsep yang telah diajarkan. Masalah yang diberikan justru mengarahkan siswa menuju konsep matematika yang dipelajari. Artinya yang diinginkan dari masalah kontekstual pada kerja kelompok adalah bahwa masalah tersebut adalah konsep matematika pada bentuk bentuk yang sering ditemukan siswa setiap hari namun mereka tidak sadar bahwa itu adalah konsep matematika yang akan mereka pelajari.

Kesimpulannya adalah...kalau pembelajaran kooperatif hanya digunakan sebagai lanjutan dari pengajaran guru, lalu mengapa pembelajaran koperatif termasuk pendekatan pembelajaran yang masuk dalam pembelajaran dengan filosofi konstruktivisme.

Bukankan konstruktivisme menuntut siswa membentuk konsep matematika sendiri. Ini hanyalah sebuah permenungan yang mesti dijawab dengan kerja nyata yaitu merubah cara-cara mengelola pembelajaran dengan benar.

Semoga Artikel ini bermanfaat.